Selasa, 28 Oktober 2014

Kalimat Dasar

   1.      Pengertian Kalimat Dasar
Pengertian dari para ahli:
a.         Dardjowidojo (1988) menyatakan bahwa kalimat ialah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yg utuh secara ketatabahasaan.
b.         Slametmuljana (1969) menjelaskan kalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata yg berlagu, disusun menurut sistem bahasa yg bersangkutan, mungkin yg dipakai hanya satu kata, mungkin lebih.
c.         Kridalaksana (2001) juga mengungkapkan kalimat sebagai satuan bahasa yg secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final,  dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yg menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yg merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yg membentuk satuan bebas; jawaban minimal, seruan, salam, & sebagainya.
Bisa disimpulkan dari berbagai pendapat bahwa Kalimat dasar adalah  kumpulan dari suatu ejaan yang disusun oleh beberapa kata dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.

    2.      Unsur-unsur Kalimat.
Dalam menuliskan kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kita harus ketahui unsur-unsur yang biasanya dipakai dalam sebuah kalimat. Dalam bahasa Indonesia digunakan aturan SPO atau SPOK (Subjek, Predikat, Objek atau Subjek, Predikat, Objek, Keterangan).
Berikut beberapa unsur kalimat.
a.         Subjek (S), adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Disebut juga pokok kalimat, karena merupakan unsur inti suatu kalimat. Umumnya berupa kata benda (KB) atau kata lain yang dibendakan.
Misalnya:
·         Joko Widodo adalah Presiden Republik Indonesia yang baru.
·         Majalah itu dibeli oleh ibu.
b.         Predikat (P), adalah unsur utama suatu kalimat di samping subjek. Predikat berfungsi menjelaskan subjek. Biasanya berupa kata kerja (KK) atau kata sifat (KS).
Misalnya:
·         Melly bernyanyi dengan merdu.
·         Kakak menulis surat untuk melamar kerja.
c.         Objek (O), adalah keterangan predikat yang memiliki hubungan erat dengan predikat. Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber-atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.
Misalnya:
·         Sonia sedang mengerjakan skripsi.
·         Andi mencore-coret tembok sekolah
d.        Pelengkap (Pel.), adalah unsur kalimat yang dapat bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
Misalnya:
·         Diah mengirimi saya buku baru.
·         Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
e.         Keterangan (K),  adalah unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika dan sehingga.
Misalnya:
·         Malam ini, Jason akan kembali ke Amerika.
·         Mereka memperhatikan materi dengan seksama.

    3.      Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
    a.       Kalimat dasar berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
            Misalnya:
·         Mereka /sedang berenang.
                                    S            P (kata kerja)
·         Ayahnya / guru SMA.
                                    S             P (kata benda)
·         Peserta penataran ini / empat puluh orang.
                                      S                                  P (kata bilangan)
      b.      Kalimat dasar berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya:
·         Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.
S                   P                             O 
     c.    Kalimat dasar berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
Misalnya:
·         Anaknya / beternak / ayam.
S               P          Pel.
     d.      Kalimat dasar berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya:
·         Dia / mengirimi / saya / surat.
S           P             O       Pel.
     e.       Kalimat dasar berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
·         Mereka / berasal / dari Surabaya.
S            P                   K
     f.       Kalimat dasar berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
·         Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S              P                  O                   K
     g.      Kalimat dasar berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya :
·         Ungu / bermain / musik / di atas panggung.
S           P          Pel.              K
    h.      Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
·         Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
S           P              O         Pel.           K





Selasa, 21 Oktober 2014

Ejaan yang Disempurnakan (EJK)

   Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi

   1.      Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26. Ada 26 yang masing-masing memiliki jenis huruf besar dan kecil.

   2.      Huruf Vokal
Huruf vokal aalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia jika udara yang keluar dari paru-paru tidak terkena hambatan atau halangan. Huruf vokal sering disebut juga huruf hidup. Jumlah huruf vokal terdiri atas 5 huruf, yaitu a,e,i,o,dan u.

   3.      Huruf Konsonan
Huruf konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia jika udara yang keluar dari paru-paru mendapatkan hambatan atau halangan. Konsonan sering disebut juga huruf mati. Jumlah huruf konsonan ada 21.

   4.      Huruf Diftong
Huruf diftong merupakan gabungan dua buah huruf vokal yang menghasilkan bunyi rangkap. Dalam bahasa Indonesia, huruf yang melambangkan diftong adalah ai, au, dan oi.

   5.      Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan merupakan gabungan dua huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi konsonan. Dalam bahasa Indonesia dikenal 4 buah gabungan huruf konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.

   6.      Huruf Kapital
Huruf kapital sering disebut huruf besar. Huruf kapital adalah huruf yang berukuran dan berbentuk khusus. Adapun penggunaan huruf kapital adalah sebagai berikut:
a.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf  pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
·         Apa maksudnya?
·         Dia membaca buku
·         Pekerjaan itu belum selesai.
b.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
·         Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
·         Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
·         Kemarin engkau terlambat,” katanya.
·         Besok pagi,” kata ibu, “dia akan berangkat”.
c.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
·           Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen.
·           Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya
·           Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
d.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
·           Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertetu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
·           Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
·           Tahun ini dia pergi naik haji.
e.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
·           Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara, Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian, Gubernur Irian Jaya.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
·           Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
f.         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
·           Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman,  Halim Perdanakusumah.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
·         Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
g.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
·           Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
·         Mengindonesiakan kata asing
·         Keinggris-inggrisan
h.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
·           tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan, hari Lebaran, hari Natal, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
·         Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
·         Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.

i.          Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
·         Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas, Lembah Baliem, Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan, Teluk Benggala, Terusan Suez.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
·         berlayar ke teluk, menyeberabangi selat, pergi ke arah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
·         garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon
j.          Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
·         Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak, Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
·         Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.
k.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
·      Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar Repulik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
l.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
·      Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
·      Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
·      Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
·      Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
m.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
·      Dr.            doctor
·      M.A.          master of arts
·      S.E.           sarjana ekonomi
·      S.H.          sarjana hukum
·      S.S.           sarjana sastra
·      Prof.         professor
·      Tn.            Tuan
·      Ny.            Nyonya
·      Sdr            saudara


n.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
·         “Kapan Bapak Berangkat?” tanya Harto.
·         Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
·         Surat Saudara sudah saya terima.
Huruf capital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
·         Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.
·         Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
o.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
·           Sudahkah Anda tahu?
·           Surat Anda telah kami terima

    7.      Huruf Miring
a.         Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
·         majalah Bahasa dan Sastra, buku Negarakertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara Rakyat.
b.         Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
·         Huruf pertama kata abad adalah a.
·         Dia buka menipu, tetapi ditipu.
·         Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
·         Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
c.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
·         Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.
·         Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
·         Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’.

    8.       Huruf Tebal
a.       Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka,indeks, dan lampiran.
Misalnya:
·         Judul:
HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
·         BAB:
BAB I PENDAHULUAN

b.      Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
·         Ahkiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
·         Saya tidak mengambil bukumu.
·         Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
Seharusnya ketiga kalimat diatas ditulis sebagai
·         Ahkiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
·         Saya tidak mengambil bukumu.
·         Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
c.       Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Misalnya:
·         Kalah v 1 tidak menang ... ; 2 kehilangan atau merugi ... ; 3 tidak lulus ... ; 4 tidak menyamai
·         Mengalah v mengaku kalah
·         Mengalahkan v 1 menjadikan kalah... ; 2 menaklukkan ... ; 3 menanggap kalah


Sumber:
      ·         Sugiarto, Eko. 2013. Master EYD Edisi Baru. Yogyakarta: Suaka Media